Gempa Bumi Bisa Dideteksi Dengan Ular

Pemerhati lingkungan dari Universitas Riau Tengku Ariful Amri menyatakan, gempa tektonik yang kerap melanda sebagian wilayah Tanah Air dapat dideteksi secara dini melalui berbagai kepekaan hewan melata seperti ular. 
"Hal demikian juga telah dilakukan oleh para ilmuwan atau pakar tektonik di Cina sejak berpuluh tahun lalu. Cara ini juga terbukti akurat dalam mendeteksi dini gejala gempa bumi," kata Amri kepada ANTARA di Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan, tidak hanya ular, masih banyak jenis hewan lainnya yang dapat mendengar suara ultrasonik bahkan melihat pada kondisi gelap gulita sebagai gejala kemunculan gempa tektonik. 
Upaya pendeteksian secara dini kemunculan gempa bumi ini, dapat dilakukan dengan cara meneliti tingkah pola dan kebiasaan ular atau hewan melata lainnya. 
Sangat dimungkinkan, selain ular masih banyak hewan jenis lain yang memiliki kepekaan pada tingkatan tertinggi. 
"Bahkan dari kepekaan atau kesensitifan hewan tersebut, gempa bumi dapat dideteksi jauh hari, tanpa juga harus memerlukan teknologi tambahan yang mahal biayanya," kata dia. 
Melihat dari sejarah, katanya, setiap gempa bumi memiliki probabilitas yang beragam, dimana semakin kecil goyangannya, maka semakin besar probabilitasnya di lokasi yang memang potensi. 
"Namun sebaliknya, semakin besar gempanya, maka makin kecil probabilitasnya. Gempa bumi sendiri berpotensi melanda daerah-daerah pertemuan lempeng tektonik," katanya. 
Untuk itu, jika bisa lebih mencermati, demikian Amri, sebenarnya bencana gempa bumi bukan-lah sesuatu hal yang harus ditakui, namun dicermati bagaimana agar manusia dapat selamat dari getarannya. 
"Salah satunya yakni dengan melakukan penelitian, bagaimana mendeteksi gempa secara dini. Selain itu, gempa dipastikan juga disulut oleh sebab akibat," katanya. 
Pengeboran Minyak
Tengku Ariful Amri mengindikasikan, gempa tektonik berkekuatan 5,1 Skala Richter yang melanda Kabupaten Siak, Provinsi Riau, beberapa waktu lalu adalah disebabkan maraknya aktivitas pengeboran minyak oleh berbagai perusahaan asing di sana. 
"Sebenarnya di Riau sangat jarang terjadi gempa bumi dengan kekuatan diatas 5 Skala Richter. Namun bukan berarti Riau bebas dari bencana itu mengingat letaknya yang berdekatan dengan Sumatra Barat yang banyak gunung dan perbukitan, serta maraknya aktivitas pengeboran minyak di sejumlah wilayah Kaupaten/Kota," demikian Amri. 
Ia mengatakan, gempa bumi juga sebenarnya bencana yang biasa terjadi akibat bergesernya lempengan, baik di dasar laut maupun di dasar daratan. 
"Namun sebenarnya bisa disadari lebih dini dengan upaya penelitian. Tentunya, dengan melibatkan seumlah ahli yang memahami tentang kondisi alam dan lingkungan," katanya. 
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pekanbaru sebelumnya juga menyatakan bahwa sebagian wilayah Provinsi Riau termasuk Pekanbaru, pada Sabtu (31/3) tepat pukul 10.58 WIB sempat digoyang gempa tektonik berkekuatan 5,1 Skala Richter (SR). 
Analis BMKG Stasiun Meteorologi Pekanbaru juga menyebutkan, pusat gempa bumi berada di 1.12 Lintang Utara (LU) - 101.63 Bujur Timur (BT) dengan jarak 42 kilometer mengarah ke Timur Laut Siak, Riau dan kedalaman 10 kilometer. 
Ahli tersebut bahkan memprediksi gempa susulan akibat adanya patahan lempengan pada dasar bumi masih berpotensi melanda Provinsi Riau hingga beberapa pekan kedepan, meski potensi bencana tersebut tidak dapat dideteksi secara pasti. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar